Uang saku seperti modal bagi anak-anak. Modal untuk bertahan dari rasa lapar di siang hari atau untuk mengisi tabungan. Jumlah nominal saku di sesuaikan dengan jenjang pendidikan dan keperluan anak.
" Jumlah tidak bisa sama rata,"seorang siswa SD bisa saja hanya perlu uang saku 5.000 karena dia pukul 12:00 WIB sudah pulang. Kecuali mereka terikat jadwal full day dan tidak mendapat makan siang dari sekolah, makah harus membawa bekal nasi dan lauk serta uang saku jika ingin menambah makanan kecil.
PENDIDIKAN finansial sepaket dengan pembelajaran investasi. Kepada anak, investasi itu dapat diterjemahkan menjadi tabungan atau bisa disebut celengan. Akan tetapi, kebiasaan orang tua yang mengajarkan menabungan sisa uang saku harus di ubah.
Ajak anak menulis semua kebutuannya seperti jajan disekolah, iuran kelas, serta pulsa dan lain-lain sebagainya. Hitung semua pengeluaran mereka selama seminggu. Jika pengeluaran itu melebihi uang saku, revisi kembali. Ambil dulu 10 persen dari uang saku untuk sebagaian di tabung, baru sisanya di belanjakan. Beri pengertian bahwa masih ada yang bisa di hemat misalnya pulsa, yang mulai akhir-akhir ini banyak para remaja-remaja dewasa serta kalangan dini yang mengharapkan pulsa agar bisa denga mudah terhubung dengan keluarga serta kerabat-kerabat maupun teman sekolah. Karena saat ini, membeli pulsa menjadi pengeluaran rutin sebagai anak. '' Pulsa untuk menelepon teman-temannya, dengan kata lain mereka sedang membangun relasi. Posisi orangtua penting sebagai pendamping untuk memberi pengarahan.
Tentunya aturan main harus di perhatikan dan di taati baik oleh anak maupun orang tua. Sepakati bersama, mana yang termasuk uang saku dan mana yang menjadi porsi orangtua untuk membayarkannya. Kalau kita memberi uang saku mingguan pada anak kembarnya masing-masing Rp 50.000 seminggu. Itu masih di tambah dengan Rp 50.000 untuk membeli pulsa di awal bulan. Kadang kalanya kita sebagai orangtua, meski dua anak SMA, uang sakunya tidak kadang begitu besar karena mereka membawa bekal. Berangkat dan pulang juga ikut mobil antar-jemput. Mungkin praktis uang sakunya untuk membeli jajan bila kepingin. Dengan uang saku pass, kita sebagai orangtua lebih tenang karena anaknya tidak bisa membeli sesuatu yang mahal dan tidak perlu. Sesekali mereka merengek minta tambahan pulsa, tetapi orang tua juga seharusnya mengatakan untuk mengurangi uang jajan jika ingin ber-SMS lebih sering.
Anak juga boleh menyisikan uang untuk mentraktir teman-temannya di sekolah. Asal masih dalam batas ukuran normal, uang tersebut akan memberi timbal balik yang positif.
" Ada anak yang mengalokasikan uang teraktiran itu lebih besar, makah sebagai orangtua yang bijak perlu tau akar masalahnya " Apakah karena dia takut kehilangan teman dekat sehingga memikat teman dengan cara mentraktirnya dan mengirim pulsa.
Perlu diperhatikan disini, jangan sampai anak menjadi terbuai dengan besarnya uang saku yang di terimanya dan tak pernah kekurangan uang sedikitpun atau pun selalu masih kekurangan dan jika tidak terpuaskan dan merasa masih membutuhkan dalam jumlah besar, nanti mereka akan berbuat yang tidak di inginkan atau mencuri.
Asal tau, beri anak celengan yang bisa di buka untuk mengumpulkan yang 10 persen itu. Biarkan terkumpul dan sebulan sekali ajak anak ke bank untuk menabungkan uang disana. Dan jika anak sudah mengerti dengan konsep bank, buatkan rekening atas namanya di bank dan biarkan mereka menyimpan buku itu dan jangan buatkan ATM sampai anak siap mengelola uang dengan benar dalam jumlah besar. Kalaupun menggunakan ATM, orang tua yang akan menyimpan ATM. Akan tetapi jangan sekali-kali mengambil tabungan anak baik dalam bentuk celengan maupun ATM, dan uang yang mereka tabung adalah usaha mereka.
Selain belajar menabung dan membelanjakan dengan bijak, ajari anak untuk bersedekah. Dan itu perlu agar anak tidak menjadi orang yang pelit.
Let's Go...
Click Here!
partner-pub-3114082831738041
1 komentar:
Betul... betul... betul... hmm.. duwitx buat bli ayam goyeng.
Post a Comment